LATAR BELAKANG
Perisai Diri merupakan salah satu organisasi
olahraga beladiri yang menjadi anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia), induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah KONI
(Komite Olahraga Nasional Indonesia). Perisai Diri menjadi salah satu dari sepuluh
perguruan silat yang mendapat predikat Perguruan Historis karena mempunyai
peran besar dalam sejarah terbentuk dan berkembangnya IPSI.
Perisai Diri didirikan secara
resmi pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah
almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku
Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri secara resmi, beliau melatih silat di
lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan pamannya, Ki Hajar
Dewantoro.
Teknik silat Perisai Diri
mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia
ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok.
Pesilat diajarkan teknik beladiri yang efektif dan efisien, baik tangan kosong
maupun dengan senjata. Metode praktis dalam Perisai Diri adalah latihan Serang
Hindar yang mana menghasilkan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera".
ARTI LAMBANG PERISAI DIRI
ARTI
lambang Keluarga Silat Nasional Indonesia "PERISAI DIRI" :
- MANUSIA MENUNDUK BERSIKAP BUNGA SEPASANG, melambangkan bahwa KELATNAS INDONESIA PERISAI DIRI bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan dengan penuh tanggung jawab dan melaksanakan azas dan tujuan KELATNAS INDONESIA PERISAI DIRI.
BUNGA TERATAI BERDAUN LIMA BERWARNA KUNING, berarti KELATNAS INDONESIA PERISAI DIRI bersikap hidup yang dinamis, selalu bertekad dan bersemangat mengembangkan beladiri Indonesia umumnya dan khususnya silat PERISAI DIRI serta memelihara kelestariannya budaya bangsa.
BANGUN SEGITIGA, BERWARNA MERAH BERTEPIKAN WARNA KUNING, mempunyai tiga makna, yaitu Tujuan Luhur/Roh Suci, Hidup/Sukma dan Kekuatan/Bayu.
WARNA MERAH PUTIH, bermakna asal dan perantara Ayah dan Ibu.
Janji Perisai Diri
Kami Kelurga Silat Nasional Indonsia Perisai Diri Berjanji :
1.
Bertakwa
kepada Tuhan yang maha Esa.
2.
Setia
dan taat kepada negara kesatuan Republik Indonesia.
3.
Mendahulukan
kepentingan Negara, di atas kepentingan pribadi dan golongan.
4.
Patuh
pada perguruan, dan melaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, azas dan
tujuannya.
5.
Memupuk
rasa kasih sayang dan kekeluargaan diantara sesama anggota.
Moto Keluarga Silat
Nasional Indonesia Perisai Diri
”Penakluk Terbesar Adalah Dia yang Bisa Menaklukan Dirinya Sendiri”
Ciri Khas Perisai Diri
”Cepat,Tepat,Tangkas,Teratur,Dan
Berbudi Luhur”
TATACARA LATIHAN
1. Hening pembuka
2. Salam bunga sepasang
3. Pembacaan janji
4. Pelaksanaan latihan
5. Hening penutup
6. Salam akhir
BAB 1
SEJARAH PERISAI DIRI
Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman
Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan
Keraton Paku Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoe Soedirdjo, buyut
dari Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu
pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk
melatih teman-temannya di lingkungan daerah Paku Alaman. Di samping pencak
silat beliau juga belajar menari di Istana Paku Alam sehingga berteman dengan
Wasi dan Bagong Kusudiardjo.
Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil
dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum
puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Paku
Alaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands
Inlandsche Kweekschool) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat
SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun
dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa
Timur.
Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan
Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren
Tebu Ireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan
untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan
lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar
silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki
Jogosurasmo.
Beliau masih belum merasa puas untuk menambah
ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat
pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu
kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada
ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang
telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih
dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan
tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau
juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.
Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah
berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu.
Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang
dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan
didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya.
Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan,
Banyumas, dan membuka perguruan silat dengan nama Eko Kalbu, yang berarti satu
hati.
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu
dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie
(Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid
Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie
merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok
maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari
Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai
Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw
Djing Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.
Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak
memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari
biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau
diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan
persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San
tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.
Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani
dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari
Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di
antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R
Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya
Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung
dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo
mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.
Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah
kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang
masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo mengajar silat di lingkungan Perguruan
Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa,
Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn
Meester di Pabrik Gula Plered.
Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo
diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi
yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus
silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga diminta untuk mengajar di Himpunan
Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada).
Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus
tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak
Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir Dalmono yang saat ini berada di Rusia,
Prof Dr Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan Bambang
Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama panggilan
Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor
Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di
Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi
satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai
oleh Ir Dalmono.
Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota
Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan
pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat
yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan
dibantu oleh Imam Romelan, beliau mendirikan kursus silat PERISAI DIRI
pada tanggal 2 Juli 1955.
Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian
menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi
lain, murid-murid perguruan silat Eko Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak
Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas,
Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak
berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI
di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.
Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan
ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk
teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia,
tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat
dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera",
Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai
ilmu beladiri.
Pada tahun 1969, Dr Suparjono, SH, MSi (Ketua
Dewan Pendekar periode yang lalu) menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di
Surabaya. Dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang
sudah ada, Suparjono bersama Bambang Mujiono Probokusumo, Totok Sumantoro,
Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART
Perisai Diri dan nama lengkap organisasi Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga
Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia
PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai
Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna hitam dirubah menjadi putih
dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga terakhir seperti
yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan
Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian disempurnakan
dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.
Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap
Sang Pencipta.
Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri
beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok
tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi
Ir Nanang Soemindarto sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas
Indonesia Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia
serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai jasanya, pada
tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna
Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.
Tujuan
berlatih Silat adalah untuk memelihara kesehatan, ketenangan, dan kepercayaan
kepada diri sendiri. Dialarang untuk berkelahi, sombong, mencari musuh, dan
berbuat apapun yang akan mengakibatkan tidak baik unntuk pribadi maupun pihak
lain. Pokoknya semua itu untuk keselamatan dan kebaikan budi. Itulah “PERISAI
DIRI” yang ampuh. (R.M.S.DIRDJOATMODJO 1913-1983).
BAB 2
MATERI PENDIDIKAN DAN LATIHAN
Untuk menjadi anggota Keluarga Perisai
Diri harus terlebih dahulu menjalani pendidikan dasar selama minimal satu
setengah tahun yang dimulai dari Dasar I (sabuk putih), Dasar II (sabuk hitam)
dan Calon Keluarga (sabuk merah). Setelah menjalani pendidikan dasar tersebut
dan lulus ujian kenaikan tingkat, anggota baru masuk ke tingkat Keluarga.
Untuk batas dan target, siswa siswi
dibagi dalam tingkatan sebagai berikut :
-
Tingkat
Dasar
·
Tingakat
Dasar I
Lama pendidikan 6 bulan dengan tanda Ikat Pinggang Putih
·
Tingakat
Dasar II
Lama pendidikan 6 bualn dengan tanda Ikat Pinggang Hitam
·
Tingkat
Keluarga
Lama pendidikan 6 bulan dengan tanda Ikat Pinggang Merah, Badge
Bunga Sepasang tanpa strip.
-
Tingkat Keluarga
·
Tingkat I
1. Lama pendidikan 6 bulan, dengan Badge
Hitam Strip Putih
2. Lama pendidikan 6 bulan, dengan Badge
Hitam Strip Putih Hijau
·
Tingkat II
1. Lama pendidian 6 bulan,dengan Badge Hitam
Strip Hijau
2. Lama pendidikan 1 tahun,dengan Badge
Hitam Strip Hijau Biru
·
Tingkat III
1. Lama pendidikan 2 tahun, dengan Badge
Kuning-Hitam Strip Biru
2. Lama pendidikan 2 tahun, dengan Badge Kuning- Hitam Strip Biru Merah
-
Tingkat Pelatih
·
Tingkat IV
1. Lama pendidikan 3 tahun, dengan Badge
Kuning-Hitam dan Strip Merah
2. Lama pendidikan 3 tahun, dengan Badge Kuning-Hitam
dan Strip Merah Kuning
·
Tingkat V
Lama pendidikan 3 tahun, dengan Badge Kuning-Hitam dan Strip
Kuning
-
Tingkat Pendekar
Dengan Badge Kuning Emas
Khusus untuk Tingkat Pendekar, sampai
Munas XIX bulan Juli 1993 telah berjumlah 31 orang.
BAB 3
SENAM TEKNIK KOMBINASI, SENJATA, DAN SERANG HINDAR
Senam
Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai Diri yang dilatihkan
kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti rangkaian jurus di
silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu
dihafalkan seperti jurus di perguruan silat lain.
Rangkaian
gerak Senam Teknik Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat
latihan berlangsung. Rangkaian yang berjumlah antara 5 sampai 10 gerak ini
dibuat berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan Serang Hindar dengan
seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan
tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali.
Tujuan
dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk menciptakan kebiasaan
dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik terhadap
para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot para pesilat agar dapat
beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda
di setiap sesi latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.
Teknik
Senjata
Mulai
tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat
selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib
pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau
mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya
mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu
mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan
sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata
lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan,
kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet, dsb.
Tujuan
dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang
berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota
akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh, dengan mempelajari
pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek.
Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai
senjata, atau bahkan pulpen dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata
ini pula, seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai
macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak.
Serang Hindar
Metode
praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah
latihan Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang
dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana.
Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil
karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan
hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto "Pandai
Silat Tanpa Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program
pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Dalam
latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama lain. Di
dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan. Seorang pesilat disebut
sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B. Pelatih memberi aba-aba
"hup !", bersamaan dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan,
sementara B diam menunggu serangan itu dekat dan kemudian bergerak ke samping
untuk melepaskan diri dari serangan A. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 10
kali untuk A menyerang B dan B harus menghindar saat serangan A sudah dekat.
Setelah selesai, giliran B yang menyerang pada 10 aba-aba kedua.
Itulah
salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan
sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak
Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat
diminta untuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik
silat Perisai Diri.
Metode
berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Balas. Pada metode
Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan terhadap B dan B
menghindar, kemudian B membalas menyerang A dan A menghindar. Satu set A serang
B hindar dan B balas A hindar, adalah implementasi dari metode Serang Balas.
Pada 10 aba-aba pertama, A mendapatkan kesempatan menyerang pertama kali dan B
membalas setelah melakukan hindaran sempurna, sementara pada 10 aba-aba kedua
akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.
Tujuan
dari latihan Serang Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama bagi si
penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan
sangat mudah untuk melakukan serangan balasan. Inilah yang disebut hindaran
yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia
harus meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan
berikutnya.
Metode
berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri.
Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B menghindar sambil melepaskan
serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri. Jadi perbedaannya
dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna baru
membalas, namun B melakukan hindaran dan serangan dalam satu gerakan.
Sebagai
ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah depan, ketika
pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke samping sambil menusukkan buku
tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B melakukan Beladiri.
Ketiga
metode di atas, Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada
pesilat Perisai Diri baik dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi
sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong ataupun
menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya.
BAB 4
TEKNIK ASLI PERISAI DIRI
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156
aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan
sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat
Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi). Dengan
kreativitas Pak Dirdjo, gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh
karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai
Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut
Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa
aliran silat. Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
- Burung Meliwis
- Burung Kuntul
- Burung Garuda
- Harimau
- Naga
- Satria
- Pendeta
- Putri
Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa
teknik yang menjadi kekayaan teknik silat Perisai Diri, di antaranya yaitu Kuda
Kuningan, Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa
daerah di Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran, Cimande,
Bawean dan Betawen.
Teknik Minangkabau
Nama
teknik Minangkabau diambil karena gerakan teknik ini mirip dengan tarian
tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu tujuan dari
mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot
belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila
kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.
Untuk
menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian
lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang
disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan
serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras
menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan
serangan berikutnya.
Teknik Burung Meliwis
Burung
Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan
ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk melatih
kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan ujung kaki.
Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan melatih
otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis
menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia hanya
akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat
menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan
kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk menolak.
Selain
ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya untuk
menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga menggunakan
pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan cara mengalihkan arah
serangan lawan.
Teknik Burung Kuntul
Setelah
mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya,
Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak
ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.
Dibandingkan
dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian
lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu macam tendangan yang digunakan
untuk merusak lutut lawan.
Pada
saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan
sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah
badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak pernah lurus
kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya. Serangan Kuntul selalu mengarah
ke samping.
Untuk
menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa,
sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.
Teknik Burung Garuda
Garuda
adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu,
dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan
bertarung yang paling tinggi.
Saat
berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan
perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena
kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh teknik
Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.
Garuda
menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan
menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk
memperkuat otot tangan bagian samping.
Target
serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan
menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk
merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak hanya leher,
Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan
mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam
jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan
ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah
kemaluan lawan.
Untuk
melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak
bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan
dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu
tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.
Teknik
ini di adaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi
tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini
sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi
Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat
posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke
tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan
menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik
ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang
menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.
Saat
menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan,
lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan
perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target sasaran yang
menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada,
pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga
dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri.
Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir di Perisai
Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara langkahnya yang selalu
mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat
menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar
dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan
perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Ditambah
lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah menduduki
tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran
Pernafasan Tahap 1, yang akan berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena
itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para Asisten Pelatih
mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam aplikasinya.
Saat
menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah
lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila
daerah tersebut terbuka.
Teknik Satria
Setelah
mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai mempelajari teknik
manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini,
pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan
pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan
mulai meninggalkan karakter kehewananannya, seperti liar, buas dan brutal.
Satria akan berfikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan
penuh percaya diri.
Bersamaan
dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran
Pernafasan Tahap 2, yang difokuskan untuk meledakkan tenaga.
Karena
kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut, sifat teknik Satria menjadi penuh
dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak, memapas
dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat
bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada
teknik Harimau dan Naga.
Teknik Pendeta
Dalam
Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan
kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri.
Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun
menghancurkan persendian lawan.
Walaupun
kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan
seluruh teknik di bawahnya, namun teknik asli ini sendiri tidak akan merusak
bila tidak diperlukan.
Pola
gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya hanya
berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya
menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan istilah Gizoboge.
Perlengkapan
yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala
dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan
umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.
Teknik Putri
Teknik
Putri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri. Karakter dari teknik ini bisa
berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat
dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang
ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas
gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat
kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga,
namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi
sentuhan dengan lawan.
Putri
seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang
sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering
memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan
semakin sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan dalam
tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya.
Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan.
Putri
biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif
melakukan serangan terlebih dahulu.
DEFINISI – DEFINISI
1.
Daun Melayang : Penghantar serangan dengan lompatan bilamana
musuh berada dalam jarak dua langkah atau lebih dengan kuasa pandangan mata.
2.
Syamchian ( Balik Badan ) : Penghantar serangan dengan lompatan
bilamana musuh berada dalam jarak dua langkah atau lebih dengan tak kuasa
pandangan mata.
3.
Kilat : Pengahantar serangan dengan lompatan bilamana musuh
berada dalam jarak dua langkah atau lebih dengan kuasa pandangan mata.
4.
Beladiri : Menghindar sambil meninggalkan serangan keluar penjuru
setelah serangan lawan terwujud.
5.
Egos : Lebih dari mundur ( + 90 derajat).
6. Langkah : Memindahkan
salah satu kaki ketempat yang lain.
TEKNIK OLAH PERNAPASAN
Ketika
pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai menerima
pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk
menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap
pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan belajar teknik
pernafasan untuk menambah tenaga dan membuat otot-otot menjadi keras. Hal ini
untuk meningkatkan tenaga setiap pesilat. Namun pada saat pembelajaran tahap
ini, ada kemunduran yang akan dialami dari sisi kecepatan. Bahwa kecepatan si
pesilat akan menurun dari kecepatan sebelumnya.
Ketika
seorang pesilat telah menyelesaikan latihan Pernafasan Tahap 1, maka ia harus
langsung melanjutkannya ke latihan Pernafasan Tahap 2. Pada tahap 2 ini akan di
fokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai
hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk di lepaskan dalam bentuk-bentuk
teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan hindaran. Dengan melalui
proses tahap 2, maka kecepatan seorang pesilat berangsur-angsur akan kembali
seperti semula dan bahkan dapat membuat kecepatan semakin meningkat.
Tahap
terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah Pernafasan Tahap 3. Pada
tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam seluruh gerakan silat.
Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan mampu bernafas dengan
lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan tenaga saat diperlukan.
Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan
pada tahap ini. Oleh karena itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada
Pelatih yang dituntun langsung oleh seorang Pendekar.
KEROHANIAN
Kepada
pesilat yang telah memiliki kemampuan lebih dalam ilmu bertarung setelah
mempelajari teknik tangan kosong, teknik senjata dan teknik pernafasan, untuk
menyeimbangkan gemblengan fisik sangat perlu diberikan gemblengan mental
spiritual untuk menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam Perisai Diri
dikenal dengan istilah kerokhanian, yang diberikan secara bertahap untuk
memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya,
sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur,
mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana
dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan
kerokhanian akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak
sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.
BAB 5
KELATNAS INDONESIA PERISAI DIRI KAB.TASIKMALAYA
Berdirinya
Keluarga Siat Nasional Indonesia Perisai Diri Kab.Tasikmalaya pada tanggal 5
Desember 1987 oleh Hendrik Pangemanan di Cisaruni – Singaparna dan mempunyai
motto “Ciptakan Senjata Untuk Perdamaian”.
Kemudian Perisai
Diri Tasikmalaya terbagi menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Tasikmalaya dan
Kota Tasikmalaya dan masing-masing wilayah diserahkan kepada H.A. Sofyan Haris A.Md sebagai Ketua Umum
Perisai Diri Kab.Tasikmalaya, Farid Hermawan sebagai Ketua Umum Perisai Diri
Kota Tasikmalaya dan Aip Suhara (Alm) sebagai Penanggung Jawawb Teknik di
wilayah Kabupaten dan Kota
Tasikmalaya. Dan Hendrik Pangemanan
membuka cabanag di Ciamis sekaligus menjadi Ketua Umum Perisai Diri Ciamis.
Pada bulan November 2007
KELATNAS Indonesia Peisai Diri Cabang
Kabupaten Tasikmalaya mendapat tugas dari MENEGPORA untuk sosialisasi beladiri
Pencak Silat di Negara Republik Islam Iran dan di Negara Qatar, H.A. Sofyan
Haris A.Md sebagai Ketua Umum Perisai Diri Kab.Tasikmalaya dan didampingi Asep
Deni Gustian S.Pd yang ditunjuk untuk berangkat kesana.
Tanggal 4 Agustus 2009, pelatih
sekaligus penanggung jawab teknik Kelatnas Indonesia Perisai Diri Kabupaten dan
Kota Tasikmlaya yaitu Aip Suhara kemabali mengahadap sang pencipta. Tanggung
jawab kini beralih dan dilanjutkan oleh murid-muridnya. Sebelum wafat, beliau
(Aip Suhara) memberikan motto untuk Perisai Diri Kab.Tasikmalaya yaitu “Agar Tercipta Kekuatan Abadi Maka
Taklukanlah Diri Sendiri”.
FOTO-FOTO PELATIH PERISAI DIRI KAB.TASIKAMALAYA
Hatur Nuhun terima kasih :D
BalasHapussaya juga seorang pendekar Silat Perisai Diri di SMPN 1 Singaparna...
21 Deimon Free Download"
Yupzzz......Sama2.
Hapuskenging saha ieu ngadamelna, pasti si mas edol da :D
BalasHapusMas Edol saha??
HapusSalam Bunga Sepasang, Saya Juga Pesilat Perisai Diri, masih tingkat dasar I, serasa latihan kurang, sedang mencari referensi untuk mempelajari gerakan-gerakan perisai diri, guna memantapkan semua gerakan, jika ada yg memilikinya tolong di share... bisa ke email : muhardin@yahoo.com atau ke muhardin@gmail.com, Terima Kasih Sebelumnya
BalasHapusTerima Kasih atas ilmunya..!!!
BalasHapusSaya sangat salut, dengan beliau..!!
Saya dari Ranting SMP N 1 Singaparna.. :D
sama2
Hapus